Pernahkah Anda membiarkan roti tawar selama beberapa hari? Apakah yang terjadi? Anda tentu melihat pada roti tersebut ada bercak-bercak berwarna hitam, bukan? Apakah Anda mengetahui bercak-bercak hitam tersebut sebenarnya adalah jamur (Fungi), yaitu Rhizopus stolonifer. Jamur hidup di tempat yang lembap dan teduh. Jamur juga membantu proses pembusukan makanan serta berperan sebagai dekomposer (pengurai).
Bagaimanakah ciri-ciri dari kingdom Fungi? Bagaimanakah klasifikasi Fungi? Adakah manfaat Fungi bagi kehidupan ini? Apakah yang membedakan Fungi dengan makhluk hidup lainnya?
Semua pertanyaan tersebut dapat Anda temukan jawabannya setelah Anda selesai mempelajari artikel ini bersama ninjabio.
Ciri Ciri Jamur
Kingdom Fungi atau sehari-hari kita menyebutnya jamur, memiliki ciri-ciri yang berbeda dari organisme lainnya. Ciri-ciri tersebut dilihat dari struktur tubuh maupun cara reproduksinya. Jamur merupakan organisme eukariot. Anggotanya ada yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler.
Jamur tidak memiliki klorofil, yang berfungsi dalam fotosintesis. Dengan kata lain, jamur tidak dapat menyintesis makanannya. Oleh karena itu, jamur dikelompokkan sebagai organisme heterotrof. Jamur memperoleh makanan dengan cara absorpsi, yaitu dengan menyekresikan suatu enzim. Kemudian, enzim tersebut berfungsi menghancurkan makanan yang ada di luar tubuhnya. Makanan yang hancur dalam bentuk molekul-molekul nutrien akan diserap oleh jamur.
Cara hidup jamur terbagi menjadi tiga macam, yaitu secara parasit, saprofit, dan mutualisme. Secara parasit, jamur menyerap makanan dari organisme hidup lainnya, seperti tumbuhan, hewan, atau bahkan jamur lainnya. Sari makanan akan diserap oleh jamur parasit dan akhirnya dapat menyebabkan kerusakan, bahkan kematian bagi organisme tersebut. Adapun jamur yang absorpsi makanannya secara saprofit adalah dengan cara menguraikan organisme mati untuk diserap bahan organiknya.
Jamur yang hidup secara mutualisme adalah jamur bersimbiosis dengan organisme lainnya, contohnya dengan tanaman. Jamur bersimbiosis pada organ akar tanaman tingkat tinggi dan membentuk mikoriza. Hubungan tersebut saling menguntungkan. Jamur akan mendapatkan makanannya, sedangkan tanaman yang ditumpanginya akan dapat menyerap air dan mineral dari tanah. Hal tersebut dikarenakan, jamur yang terdapat pada akar akan menyerap mineral dari dalam tanah. Mineral tersebut akan digunakan tanaman untuk menyintesis makanan. Hasil sintesis makanan oleh tanaman akan diserap oleh jamur sehingga keduanya saling diuntungkan.
Struktur Tubuh Jamur
Umumnya, dinding sel jamur tersusun dari kitin. Jamur multiseluler memiliki morfologi atau bentuk tubuh yang bermacam-macam, ada yang seperti kuping, payung, bulat, ataupun setengah lingkaran.
Jamur multiseluler memiliki morfologi atau Jamur multiselular memiliki sel-sel memanjang menyerupai benangbenang yang disebut hifa. Hifa akan membentuk cabang-cabang seperti anyaman yang disebut miselium. Miselium ini ada yang berdiferensiasi membentuk alat reproduksi, yang disebut miselium generatif tubuh yang bermacam-macam, ada yang seperti kuping, payung, bulat, ataupun setengah lingkaran
Hifa pada jamur ada yang bersekat (hifa septa) dan ada pula yang tidak bersekat. Pada hifa yang tidak bersekat, inti selnya menyebar dalam sitoplasma. Hifa jamur tidak bersekat ini disebut juga hifa senositik. Selain itu ada pula hifa khusus. Pada jamur parasit. Hifa pada jamur ini berfungsi menyerap makanan dari inangnya. Hifa ini dinamakan hifa haustoria
Reproduksi Jamur
Reproduksi pada jamur dapat secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual pada jamur uniselular dilakukan dengan cara pembentukan tunas dan fragmentasi. Adapun pada jamur multiselular dengan pembentukan sporangiospora atau konidiospora.
Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual yang haploid (n), berupa zigospora, askospora atau basidiospora. Spora seksual dihasilkan melalui singami, yaitu penyatuan sel atau hifa yang berbeda jenisnya. Dalam proses singami terjadi dua tahap, yaitu plasmogami (penyatuan sitoplasma sel) dan kariogami (penyatuan inti sel).
Klasifikasi Jamur
Menurut Campbell (1998: 576), kini telah diketahui lebih dari 100 ribu spesies jamur. Selain itu setiap tahunnya para ahli jamur atau ahli Mikologi dapat mengidentifikasi sekitar 1.000 spesies. Kingdom Fungi dikelompokkan menjadi lima divisio, yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
Pada divisio Chytridiomycota, sporanya memiliki flagela dan disebut zoospora. Divisio Chytridiomycota adalah satu-satunya kelompok jamur yang sporanya memiliki flagela. Beberapa ahli jamur percaya bahwa 750 spesies divisio Chytridiomycota merupakan jamur yang sangat sederhana dan merupakan jamur purba. Beberapa anggota Chytridiomycota memiliki habitat di perairan dan beberapa lagi hidup sebagai parasit pada alga atau jamur lainnya. Adapun divisio Deuteromycota merupakan kelompok jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui atau disebut juga jamur imperfect (jamur tidak sempurna). Pada buku ini, hanya akan dijelaskan tiga divisio, yaitu Zygomycota, Ascomycota, dan Basidomycota.
1. Divisio Zygomycota
Para ahli Mikologi telah mengidentifikasi sebanyak 600 spesies jamur dari divisio Zygomycota. Jamur dari divisio ini umumnya hidup di darat, di dalam tanah atau pada tanaman dan hewan yang telah mati. Jamur divisio ini juga hidup pada makanan yang busuk.
Tubuh Zygomycota terdiri atas hifa yang tidak bersekat. Pada saat akan bereproduksi, beberapa hifa berdiferensiasi membentuk Zigosporangium. Zigosporangium merupakan alat reproduksi seksual pada jamur divisio ini. Adapun reproduksi aseksualnya secara fragmentasi atau disebut juga spora aseksual.
Contoh jamur ini adalah Rhizopus stolonifer atau disebut juga jamur tempe. Jamur tersebut digunakan dalam proses pembuatan tempe. Reproduksi Rhizopus stolonifer terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi seksual pada jamur tempe terjadi dengan penyatuan (fusi) gametangia dari ujung hifa positif dan negatif. Akibat fusi tersebut terbentuk zigosporangium. Setelah itu terjadi penyatuan inti dan dihasilkan zigosporangium dewasa yang diploid. Dalam kondisi lingkungan yang baik, zigosporangium akan berkecambah dan membentuk hifa-hifa haploid (n). Hifa-hifa tersebut akan menghasilkan spora. Pada reproduksi aseksual spora dibentuk di dalam sporangium yang terletak di ujungujung hifa.
Anggota divisio Zygomycota ada yang hidup parasit pada organisme lain sehingga menyebabkan penyakit. Selain itu, ada pula yang hidup bersimbiosis mutualisme dengan organisme lain. Selain Rhizopus stolonifer contoh lainnya adalah Pilobolus.
2. Divisio Ascomycota
Lebih dari 60.000 spesies dari divisio ini telah teridentifaksi. Nama Ascomycota ini diambil dari kata askus (menyerupai kantung). Askus ini merupakan ujung hifa yang mengalami perubahan inti dan akan membentuk tubuh buah. Anggota divisio ini ada yang hidup sebagai saprofit, terutama pada tanaman. Menurut Campbell (1998: 578), setengah dari jumlah spesies Ascomycota bersimbiosis dengan alga membentuk Lichen. Beberapa lainnya lagi bersimbiosis dengan tanaman membentuk mikoriza.
Ascomycota sebagian besar anggotanya multiselular. Akan tetapi, ada juga yang uniselular. Contoh Ascomycota uniselular adalah Saccharomyces cereviceae. Adapun contoh Ascomycota multiselular adalah Penicillium. Ascomycota multiselular memiliki hifa yang bersekat. Ascomycota multiselular ada yang membentuk tubuh buah, contohnya Morchella esculenta. Ada pula yang tidak membentuk tubuh buah, contohnya Neurospora crassa. Bentuk tubuh buah Ascomycota beragam, ada yang seperti mangkuk, adapula yang bulat.
Reproduksi Ascomycota terjadi secara aseksual dan seksual. Pada Ascomycota multiselular, reproduksi aseksualnya terjadi dengan cara membentuk konidia. Konidia merupakan spora aseksual yang dibentuk di ujung konidiofor. Konidiofor sendiri adalah hifa yang termodifikasi membentuk tangkai sporangium.
Reproduksi secara seksual pada Ascomycota uniselular terjadi dengan cara konjugasi. Hasil dari konjugasi adalah sel diploid. Sel diploid ini memiliki bentuk memanjang dan membentuk askus. Askus merupakan struktur mirip kantung yang mengandung spora (askospora). Inti diploid akan mengalami meiosis dan membentuk inti yang haploid. Inti-inti yang haploid ini akan menjadi askospora.
Adapun pada Ascomycota multiseluler, reproduksi seksualnya terjadi dengan cara perkawinan antara hifa haploid (n) yang berbeda jenis, yaitu hifa positif dan hifa negatif. Pada saat penyatuan, akan terbentuk hifa dikariotik (berinti dua). Pada ujung hifa dikariotik ini akan terjadi fusi (penyatuan) inti sehingga sel selnya menjadi diploid (2n). Setelah itu, terjadi peristiwa meiosis yang akan membentuk kembali inti-inti yang haploid (n). Pada hifa dikariotik, ujung-ujungnya akan membentuk askus. Askus tersebut akan berkelompok membentuk tubuh buah (askokarp).
3. Divisio Basidiomycota
Menurut Campbell (1998: 579), jamur dari divisio ini memiliki jumlah sekitar 25.000 spesies. Nama dari divisio ini diambil dari bentuk diploid yang terjadi pada siklus hidupnya, yaitu basidium. Basidiomycota hidup sebagai dekomposer pada kayu atau bagian lain tumbuhan. Basiodiomycota memiliki tubuh buah (basidiokarp) yang besar sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yang seperti payung, kuping, dan setengah lingkaran. Tubuh buah Basidiomycota terdiri atas tudung (pileus), bilah (lamella), dan tangkai (stipe).
Reproduksi pada jamur ini terjadi secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi secara aseksual menghasilkan konidia. Adapun secara seksual terjadi dengan cara perkawinan antara hifa yang berbeda jenisnya. Pada saat perkawinan ini, hifa yang berbeda jenis tersebut bersatu dan dinding selnya hancur. Akibat dari hancurnya dinding sel ini, plasma sel akan bercampur atau disebut juga plasmogami. Pada saat pencampuran plasma sel, inti pun bersatu dan berkembang menjadi hifa dikariotik yang diploid. Hifa dikariotik ini nantinya akan mengalami meiosis dan menjadi inti yang haploid.
Contoh jamur divisio ini adalah jamur merang (Volvariella volvaceae) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Kebanyakan jamur dari divisio Basidiomycota ini dapat dikonsumsi.
Peranan Jamur bagi Kehidupan
Jamur merupakan organisme yang memiliki peran cukup banyak bagi kehidupan ini. Peranan tersebut ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.
1. Jamur yang Merugikan
Jamur yang merugikan umumnya parasit dan menyebabkan penyakit (patogen) pada organisme lain, contohnya penyakit kulit, infeksi pada alat kelamin, dan infeksi paru-paru yang dapat menyebabkan kematian. Menurut Campbell (1998: 585), tumbuhan merupakan organisme yang mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh jamur sehingga umumnya organisme yang banyak diserang oleh jamur kebanyakan adalah tumbuhan.
Beberapa jamur menyerang tanaman pangan dan dapat menyebabkan racun bagi manusia yang mengonsumsinya. Contohnya jamur Claviceps purpurea dari divisio Ascomycota yang dapat menyebabkan penyakit pada perbungaan tanaman gandum. Penyakit yang disebabkan jamur ini membentuk struktur berwarna ungu yang disebut ergot. Ergot mengandung substansi yang beracun bagi manusia dan hewan ternak. Ergot ini apabila dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan kelemayuh (penyakit yang disebabkan oleh matinya jaringan tubuh), kejang saraf, sensasi terbakar, halusinasi, dan gila sementara atau gangguan jiwa sementara.
Menurut Campbell (1998: 585), ergot dapat berguna untuk keperluan medis. Melalui ekstrak jamur yang mengandung ergot ini, dalam dosis rendah dapat membantu penderita yang mengalami tekanan darah tinggi dan mampu menghentikan pendarahan ibu setelah melahirkan.
Contoh jamur yang merugikan lainnya adalah sebagai pembusuk. Jamur ini mempercepat pembusukan. Pada sebuah penelitian, ditemukan senyawa etilen pada jamur sebagai salah satu hormon yang mempercepat pematangan buah. Hormon ini juga memicu jamur yang ada di permukaan buah untuk germinasi atau tumbuh. Akibatnya, buah mudah diserang dan nutrisi buah pun akan diabsorpsi oleh jamur. Selain itu, akibat germinasi ini beberapa jenis jamur juga mampu membusukkan makanan dengan menghasilkan racun, contohnya jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Jamur ini mampu menyekresikan senyawa beracun yang disebut aflatoksin. Aflatoksin ini bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.
2. Jamur yang Menguntungkan
Selain merugikan adapula jamur yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan ini di antaranya ada yang berperan sebagai bahan makanan, bahan obat-obatan, dan juga sebagai dekomposer di suatu ekosistem.
Sebagai Bahan Makanan
Jamur dikonsumsi sebagai bahan makanan oleh manusia. Jamur yang dapat dimakan ini umumnya dari divisio Basidiomycota. Untuk mengetahui suatu jenis jamur dapat dimakan atau tidak, hanya ahli Mikologi saja yang menguasainya, terutama jamur-jamur liar yang belum teridentifikasi.
Jenis jamur yang dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan, contohnya jamur shitake (Lentinulla edodes), jamur kuping (Auricularia polytricha), dan jamur merang (Volvariella volvaceae). Selain itu terdapat juga jenis jamur yang membantu dalam proses pembuatan suatu jenis makanan atau minuman. Contohnya pembuatan oncom oleh jamur Neurospora crassa dan pembuatan tuak oleh jamur Saccharomyces tuac melalui proses fermentasi.
Sebagai Bahan Obatan
Jamur ini dapat dimanfaatkan sebagai antibiotika. Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun buatan (sintetik) yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme. Khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri atau virus. Antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum adalah penisilin. Penisilin ini mampu mengatasi penyakit infeksi oleh bakteri dan virus. Cara kerja antibiotik ini adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri patogen.
Sebagai Dekomposer
Jamur juga dapat berperan sebagai dekomposer atau pengurai organisme mati. Perannya sebagai dekomposer ini mampu mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya dekomposer, elemen-elemen penting bagi tumbuhan, seperti karbon, nitrogen, dan elemen lainnya akan terakumulasi di dalam bangkai dan sampah organik sehingga tidak akan tersedia nutrien organik bagi tumbuhan untuk tumbuh. Contoh jamur yang berperan sebagai dekomposer adalah Pilobolus yang menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan jamur kuping yang hidup di kayu.
Diatas artikel yang sudah kita tulis semoga dapat membantu anda dalam menyelesaikan segala pertanyaan dan jangan pernah bosan untuk belajar biologi. Sekian dan sampai jumpa diartikel selanjutnya.